Sekilas Kota
Tangerang
Kota Tangerang terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 104 kelurahan.
Dahulu Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang, kemudian
ditingkatkan statusnya menjadi kota administratif,
dan akhirnya ditetapkan sebagai kotamadya pada tanggal 27 Februari 1993. Sebutan 'kotamadya' diganti dengan 'kota' pada
tahun 2001..
Profil Wilayah
Sebagai
daerah yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, Kota Tangerang memiliki
keuntungan dan sekaligus kerugian. Keuntungannya kota tersebut bisa mendapatkan
imbas positif dari nama besar ibukota negara. Para warganya bisa memanfaatkan
fasilitas publik sebuah metropolitan, baik itu berupa jalan-jalan yang mulus,
tempat-tempat rekreasi dan pusat komersial yang modern, atau berbagai kemudahan
komunikasi canggih.
Namun kerugian
berdekatan dengan sebuh ibukota, yang secara khusus sangat dirasakan oleh
pemda. Banyak warga Kota Tangerang yang tinggal di daerah perbatasan dengan
Jakarta, enggan mengakui berdomisili di Kota Tangerang. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya papan nama yang mencantumkan nama ”Jakarta Selatan” atau
”Jakarta Barat” padahal sebenarnya berada dalam wilayah Tangerang.
Luas Wilayah
Kecamatan
District
|
Luas (Km2)
Area
|
[1]
|
[2]
|
1. Ciledug
|
8,77
|
2. Larangan
|
9,40
|
3. Karang Tengah
|
10,47
|
4. Cipondoh
|
17,91
|
5. Pinang
|
21,59
|
6. Tangerang
|
15,79
|
7. Karawaci
|
13,48
|
8. Cibodas
|
9,61
|
9. Jatiuwung
|
14,41
|
10.
Periuk
|
9,54
|
11.
Neglasari
|
16,08
|
12.
Batuceper
|
11,58
|
13.
B e n d a
|
5,92
|
Kota
Tangerang
|
164,55
|
Sumber/Source: BPS Kota Tangerang
Orientasi Wilayah
Secara
geografis wilayah Kota Tangerang berada antara 6º 6 LS - 6º 13 LS dan 106º 36 -
106º - 42º BT dengan luas wilayah 184,23 Km² termasuk Bandara Sukarno Hatta
seluas 19,69 Km² dengan batas-batas sebagaimana tertera berikut :
Kota
Tangerang
|
|||
|
|||
Batas
Wilayah
|
|||
Kabupaten
Tangerang
|
Utara
|
||
Kota
Tangsel
|
Selatan
|
||
DKI
Jakarta
|
Timur
|
||
Kabupaten
Tangerang
|
Barat
|
||
Hari
jadi
|
28
Februari 1993
|
||
Dasar
hukum
|
UU
No. 2/1993
|
||
Pemerintahan
|
|||
Drs.
H. Wahidin Halim M.Si
|
|||
- Total
|
164,54 km2
|
||
- Peringkat
luas
|
|||
Populasi (2010)
|
|||
- Total
|
2.834.376
|
||
- Peringkat
|
|||
17.226,1/km²
|
|||
- Peringkat kepadatan
|
|||
Demografi
|
|||
Sunda,
Betawi, dll
|
|||
Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha
|
|||
- Bahasa
|
Indonesia,dll
|
||
021
|
|||
B
|
|||
13
|
|||
104
|
|||
Situs
web
|
Arti Lambang
Kota Tangerang
1. Lambang daerah berbentuk perisai
dengan warna hijau.
2. Motto “BHAKTI KARYA ADHI
KERTARAHARJA”, ARTINYA ADALAH SEMANGAT PENGABDIAN DALAM BENTUK Karya
Pembangunan untuk kebesaran negeri dan kemakmuran serta kesejahteraan wilayah.
3. Didalam lambang tersebut terdapat
lukisan-lukisan yang merupakan unsur-unsur sebagai berikut:
·
Bintang :
ð
Melambangkan keagamaan
ð
Melambangkan pula bahwa masyarakat Kotamadya Dati II Tangerang adalah
agamis
·
Roda Mesin :
ð Melambangkan bahwa Kotamadya
Daerah Tingkat II Tangerang adalah merupakan roda industri
·
Landasan Pacu (Run Way) :
ð Melambangkan adanya Bandara
Internasional Soekarno-Hatta yang sekaligus melambangkan semangat pacu untuk
mencapai cita-cita Pembangunan yang luhur sebagai daerah penyangga Ibu Kota
Negeri RI
·
Riak Air :
ð Melambangkan adanya Sungai
Cisadane yang memberikan manfaat dan kesuburan bagi masyarakat Kotamadya Daerah
Tingkat II Tangerang
·
Gerigi Roda Besi, Padi dan Kapas :
ð
Melambangkan Tanggal, bulan dan Tahun Proklamasi Indonesia tanggal 17
Agustus 1945 dengan penjelasan sebagai berikut :Tujuh belas gerigi roda besi melambangkan
tanggal tujuh belas
ð
Delapan Bunga Kapas melambangkan bulan delapan
ð
Empat puluh lima butir padi melambangkan tahun empat lima
ð
Dua Lingkaran didalam Roda Besi melambangkan tahun lahirnya Kotamadya
Daerah Tingkat II Tangerang pada bulan Februari
·
Jumlah Gelombang, Riak Air, Dua buah lingkaran dalam roda mesin, tanda
batas landasan dan lampu landasan :
ð
Melambangkan tanggal, bulan dan tahun Hari Jadi Pemerintah Kotamadya
Daerah Tingkat II Tangerang yaitu pada tanggal 28 Februari 1993 dengan
penjelasan sebagai berikut :
ð
Dua puluh delapan gelombak riak air melambangkan tanggal dua puluh
delapan.
ð
Dua buah lingkaran dalam roda mesin melambangkan bulan dua
ð
Sembilan tanda batas di dalam Run Way segi tiga lampu landasan
melambangkan tahun sembilan puluh tiga
·
Arti warna dalam lambang daerah adalah:
ð
Warna Hijau mempunyai arti kemakmuran dan kesuburan
ð
Warna Kuning mempunyai arti keadilan, kekuasaan, kewibawaan dan
keagungan
ð
Warna Hitam mempunyai arti keteguhan dan ketabahan
ð
Warna Biru mempunyai arti kesetiaan dan kebijaksanaan
ð
Warna Putih mempunyai arti kesucian dan kebersihan
ð
Warna Merah mempunyai arti keberanian
SEJARAH
TERBENTUKNYA KOTA TANGERANG
Daerah muara sungai
Cisadane yang sekarang diberi nama Teluk Naga disebutkan dalam kitab sejarah
Sunda yang berjudul “Tina Layang Parahyang“ (Catatan dari Parahyangan). Kitab
tersebut memuat cerita tentang kedatangan orang Tionghoa untuk pertama kali ke
Tangerang pada tahun 1407. Pada waktu itu pusat pemerintahan berada di sekitar
pusat Kota Tangerang saat ini. Kepala pemerintahan saat itu adalah Sanghyang
Anggalarang selaku wakil dari Sanghyang Banyak Citra dari Kerajaan Parahyangan.
Rombongan orang Tionghoa tersebut kemudian diberi sebidang tanah di pantai
Utara Jawa, sebelah Timur Sungai Cisadane, yang sekarang disebut Kampung Teluk
Naga.
Gelombang kedua
kedatangan orang Tionghoa ke Tangerang diperkirakan terjadi setelah peristiwa
pembantaian orang Tionghoa di Batavia tahun 1740. VOC yang berhasil memadamkan
pemberontakan tersebut mengirimkan orang-orang Tionghoa ke daerah Tangerang
untuk bertani. Belanda mendirikan pemukiman bagi orang Tionghoa berupa pondok-pondok
yang sampai sekarang masih dikenal dengan nama Pondok Cabe, Pondok Jagung,
Pondok Aren, dan sebagainya. Di sekitar Tegal Pasir (Kali Pasir) Belanda
mendirikan perkampungan Tionghoa yang dikenal dengan nama Petak Sembilan.
Perkampungan ini kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan dan telah
menjadi bagian dari Kota Tangerang. Daerah ini terletak di sebelah Timur Sungai
Cisadane, daerah Pasar Lama sekarang.
Kota Tangerang yang
memiliki luas wilayah 17.729,794 hektar dibentuk berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Sebelumnya Kota
Tangerang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tangerang dengan status
wilayah Kota Administratif Tangerang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50
Tahun 1981.
KEADAAN
PENDUDUK
Secara administratif,
luas Kota Tangerang sekitar 18.378 Ha (termasuk Kawasan Bandara
International Soekarno Hatta 1.969 Ha), merupakan wilayah dataran rendah
dengan ketinggian rata-rata 10 - 30 m dpl. Terbagi menjadi 13 Kecamatan, 104
Kelurahan yang terdiri dari 931 RW dan 4.587 RT. Jumlah penduduk berdasarkan
sensus BPS Provinsi Banten tahun 2010 sebanyak 1.798.601 Jiwa dengan
pertumbuhan 1,81 %. Sebelah Utara, Selatan dan Barat Kota Tangerang berbatasan
dengan Kabupaten Tangerang dan di wilayah timur berbatasan dengan DKI Jakarta.
SOSIAL BUDAYA
Kota Tangerang sebagai
kota heterogen dimana keragaman agama dan budaya hadir ditengah-tengah
masyarakat kota Tangerang. Dengan adanya perbedaan ini diharapkan dapat menjadi
kekuatan untuk mewujudkan masyarakat Kota Tangerang yang bersatu dibawah
bingkai akhlakul karimah.
Masyarakat Kota
Tangerang secara umum bersuku betawi meskipun ada juga sunda dan cina benteng.
Keberadaan masyarakat China di Tangerang dan Batavia sudah ada
setidak-tidaknya sejak 1407. Dimulai sejak mendaratnya rombongan pertama
dari dataran Cina yang dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung di muara Sungai
Cisadane, yang sekarang berubah nama menjadi Teluk Naga. Sejak diakuinya etnis
tiong hoa, kebudayaan masyarakat cina benteng Barong Sai menjadi kebudayaan
masyarakat Kota Tangerang. Selain itu, budaya pagelaran pada festival cisadane
juga sebagai bagian dari kultur yang tak terpisahkan dengan masyarakat Kota
Tangerang.
POTENSI
PARIWISATA
Keragaman potensi
pariwisata di Kota Tangerang bermacam-macam jenisnya, diantaranya wisata
kuliner, wisata budaya, wisata alam dan lain-lain. Kota Tangerang
terkenal dengan wisata budaya betawi Barong Sai, yang selalu menjadi
pertunjukan warga pada moment-moment khusus. Selain itu, wisata alam terlihat
di kawasan Cipondoh, yaitu situ cipondoh yang ramai dikunjungi oleh masyarakat
Kota Tangerang maupun di luar Kota Tangerang.
Kala hari libur,
potensi wisata yang juga ramai dikunjungi adalah tempat rekreasi olahraga taman
golf. Kota Tangerang memiliki banyak tempat wisata olahraga, seperti modern
golf, tirta golf, dan lain-lain.
Wisata religi juga
ditemukan pada kemegahan Masjid Al’Adzhom Dibangun di atas tanah seluas 2,25
hektar dengan luas bangunan 5.775 m2 terdiri dari lantai bawah 4.845,08 m2 dan
lantai atas 909,92 m2 berkapasitas 15.000 jamaah, dirancang oleh Ir. Slamet
Wirasonjaya menelan biaya sebesar Rp. 28,3 Milyar. Masjid ini dapat berfungsi
sebagai tempat Sholat Wajib, Sholat Sunah, Sholat Jum’at dan Sholat Ied juga
sebagai pusat penyiaran pengkajian dan informasi Agama Islam dengan majelis
ta’lim dan kegiatan kuliah subuh serta pusat kegiatan sosial umat Islam. Selain
masjid Al Adzhom juga terdapat Masjid Kalipasir Dibangun oleh
Tumenggung Pamitwidjaya dari Kuripan (11 Agustus) Tahun
1904 : Diurus dan diperbaiki serta dibangun menara oleh RD Jasin Judanegara
Putra dari Nyi. RD. Djamrut keturunan dari Tumenggung
Pamitwidjaya dari Kuripan. Tahun 1918 : Diubah bagian dalamnya oleh RD. Jasin
Judanegara, M. Muhibi. H. Abdul Kadir Banjar dan Masjid merupakan
Masjid tertua di Kota Tangerang.
Kemudian, Masjid Pintu Seribu “Nurul Yaqin”,
terletak di Kampung Bayur, Kelurahan Periuk Jaya, Kecamatan Periuk, Kota
Tangerang. Merupakan Masjid yang mempunyai keunikan tersendiri, yaitu dengan
memiliki seribu pintu.
Bendungan Pintu Air
Sepuluh juga tempat wisata di Kota Tangerang. Bendungan ini dibangun tahun 1928
dan mulai dioperasikan tahun 1932 di masa penjajahan Belanda. Bendungan
tersebut mampu mengairi kurang lebih 1.500 Ha sawah yang berada di daerah Kota
dan Kabupaten Tangerang. Bendungan ini lebih dikenal dengan sebutan “Bendungan
Pintu Air Sepuluh ” atau “Sangego”.
(sumber: Humas Pemkot Tangerang)
Website: www.tangerangkota.go.id
Repost by RuliantoSjahputra