Selama
beberapa tahun belakangan ini Pemkot Tangerang terus berkomitmen dalam
merealisasikan dan mensosialisasikan berbagai program pembangunan dengan konsep
berwawasan lingkungan seperti Program Tangerang Hijau, Green Clean and Blue
City, Bank Sampah, Green Belt, dsbnya. Salah satu kegiatan ramah lingkungan
yang telah digulirkan dengan melibatkan masyarakat adalah pembuatan biopori di
lingkungan permukiman warga. Guna upaya optimalisasi sosialisasi program
pembuatan lobang biopori yang telah digagas oleh Pemkot Tangerang tersebut,
maka dalam kesempatan ini kami mencoba berbagi informasi seputar
"BIOPORI" yang ternyata sangat mudah untuk kita buat sendiri dengan manfaat
yang sangat besar bagi penyelamatan ketersediaan sumber daya air bersih untuk
kelangsungan kehidupan kita adan anak cucu kita, serta juga sangat bermanfaat
sebagai resapan air pencegah banjir disamping untuk menyuburkan tanah di area
halaman rumah kita.
Apa Sebenarnya
Biopori
Biopori adalah lubang-lubang kecil atau pori-pori di
dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas organisme di dalamnya,
seperti cacing, , perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah laiinya. Pori-pori
yang ada dapat menigkatkan kemampuan tanah menahan air dengan cara
menyirkulasikan air dan oksigen ke dalam tanah. Jadi, semakin banyak
biopori di dalam tanah, semakin sehat tanah tersebut. Gambar di samping menunjukkan
gambar biopori dilihat dari mikroskop.
Di daerah yang masih alami, mekanisme pembentukan biopori terjadi dengan sendirinya. Dengan adanya perubahan struktur di atas dan di dalam tanah akibat pembangunan/ pengolahan tanah yang dilakukan manusia seperti pertanian, deforestasi dan perumahan, mekanisme alamiah pembentukan biopori menjadi tidak berjalan.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Kamir R. Brata, seorang peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengembangkan sebuah cara untuk mendorong terbentuknya biopori melalui Lubang Resapan Biopori (LRB).
KEUNGGULAN DAN MANFAAT BIOPORI
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara (1) meningkatkan daya resapan
air, (2) mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi gas rumah
kaca (CO2 dan metan), dan (3) memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar
tanaman, dan mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan malaria.
a. Meningkatkan daya resapan air
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan
menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom/dinding lubang.
Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka
luas bidang resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2.
Dengan kata lain suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10
cm, yang semula mempunyai bidang resapan 78.5 cm 2 setelah dibuat lubang
resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm
2.
Lubang dibuat di tanah kemudian diisi dengan sampah organik
atau sampah yang biodegradable. Sampah yang ada di dalam lubang akan menjadi
makanan organisme-organisme tanah. Hal ini akan meningkatkan aktivitas
organisme-organisme tanah di sekitar lubang resapan biopori sehingga menambah
jumlah bipori di sekitarnya. Dengan mengubah struktur tanah menjadi lebih
berpori, kemampuan tanah meresap air menjadi menigkat dan mencegah terjadinya
banjir & kekeringan.
Dengan demikian kombinasi antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
b. Mengubah sampah organik menjadi kompos
Lubang resapan biopori “diaktifkan” dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi sebagai “pabrik” pembuat kompos. Kompos dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang dengan budidaya tanaman/sayuran organik maka kompos dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
BIla lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman
100 cm, maka setiap lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Jumlah
tersebut stara dengan rata-rata jumlah sampah organik selama 2-3 hari dari satu
rumah. Dalam selang waktu 56 – 84 hari, sampah di dalam lubang biopori
sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut.
Dengan demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah
organik baru dan begitu seterusnya.
Pengolahan sampah organik dengan pembuatan kompos mengurangi
terbentuknya gas metan yang merupakan salah satu gas rumah kaca. Gas metan
terbentuk saat sampah organik dibuang secara ditimbun/landfill. Jadi secara
tidak langsung pembuatan lubang biopori dapat mengurangi efek rumah kaca.
c. Memanfaatkan fauna tanah dan atau akar tanaman
Seperti disebutkan di atas, lubang resapan biopori diaktikan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan “saluran” air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke atmosfir sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam tanah.
PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 – 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah.
Lokasi pembuatan lubang resapan biopori antara lain:
1. Di dasar saluaran
pembuangan/selokan air hujan. Pembuatan biopori pada selokan pengalir air hujan
mengurangi volume air yang dialirkan sehingga mencegah air meluap ke luar
selokan.
2. Di sekeliling batang
pohon Lubang resapan biopori yang dibuat di sekeliling pohon dapat menjadi
sumber air untuk pohon tersebut. Bulu-bulu akar dari pohon akan tumbuh ke arah
LRB
3. Di batas taman
Langkah-langkah pembuatan LRB yaitu:
Pertama, Membuat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter10 cm,
kedalaman 100 cm atau tidak melampaui kedalaman air tanah. Jarak pembuatan
lubang resapanbiopori antara 50 – 100 cm. Pembuatan lubang dapat dipercepat dengan memakai alat bantu yang disebut "Bor Biopori".
Kedua, Memperkuat
mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan:
1) paralon dengan
diameter 10 cm, panjang minimal 10cm; atau
2) adukan semen
selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cm disekeliling mulut lubang.
- Mengisi lubang LRB dengan sampah organik yang berasaldari dedaunan, pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur; dan
- Menutup lubang resapan biopori dengan saringan kawat/lainnya.
Setelah LRB dibuat, secara berkala lubang harus dirawat dan
dipelihara dengan cara:
- Mengisi sampah organik kedalam lubang resapan biopori;
- Memasukkan sampah organik secara berkala pada saat terjadi penurunan volume sampah organik pada lubang resapan biopori; dan/atau
- Mengambil sampah organik yang ada dalam lubang resapan biopori setelah menjadi kompos diperkirakan 2 – 3 bulan telah terjadi proses pelapukan.
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Jumlah LRB = intensitas hujan(mm/jam) x luas bidang kedap (m2) / Laju Peresapan
Air per Lubang (liter/jam)
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
-----------------------------------------------
Sumber
:
Repost
by rulianto s.
1 comment
Begitu donk harus lebih maju lagi Neglasari, Saluuuutttt. Sukses !!!